Laman

Jumat, 15 Maret 2013

PENEMUAN NASKAH KUNO INJIL THOMAS DI NAG HAMADI MESIR


Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1947, terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (the Dead Sea Scrolls).
         Nag Hamadi menyimpan Kitab-Kitab Injil yang tidak dikenal sebelumnya, di samping tulisan-tulisan sastera dan filsafat. Sebagaimana dimaklumi bahwa Perjanjian Baru terdiri dari empat Injil yang dinisbatkan kepada Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil-Injil inilah yang dinyatakan absah dan diakui oleh Gereja. Namun, berdasarkan pada temuan di Nag Hamadi, dengan jelas dinyatakan bahwa di sana terdapat lnjil-injil lain yang beredar semenjak abad ke-1 hingga abad ke-4 M, di antaranya Injll Thomas  yang berisi sabda-sabda  Yesus (Almasih), yang sebagian tercantum dalam empat Injil Perjanjian Baru. Ada lagi Injil Maria Magdalena, Injil Orang-orang Mesir, Injil Philip dan Injil-injil yang lain.
Sementara penulisan Injil-Injil Perjanjian Baru berasal dari tahun 70 M, kita mendapati bahwa Injil Thomas ditulis pada dua puluh tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan waktu ini maka Injil Tomas merupakan Iniil PALING TUA di antara Iniil-injil yang ada saat ini.
Jemaat-jemaat Kristen awal -khususnya yang berada di Mesir- menganut ajaran yang berbeda dengan ajaran Gereja Romawi semenjak abad ke-2 M. Ketika para Uskup mulai melakukan pembenahan gerakan Kristen berdasarkan ajaran-ajaran kependetaan pada awal abad ke-3 M, mereka mulai - khususnya para uskup Roma- memaksakan ajaran mereka kepada gereja-gereja lain yang jika menolak, mereka akan dianggap melakukan bid'ah dan kesesatan.
Nasib gereja-gereja Mesir dalam hal ini, sungguh sangat mengenaskan karena mereka tidak mau tunduk kepada kekuasaan Roma. Pada saat Kaisar Konstantin menyatakan diri sebagai penganut Kristen pada abad ke-4 M, dan Kristen menjadi agama resmi Kekasisaran Romawi, wibawa Gereja menjadi semakin besar dan selanjutnya mengeluarkan maklumat untuk membakar semua tulisan yang bertentangan dengan ajaran Gereja. Pada zaman inilah terjadi tragedi pembakaran rumah ibadah Sarabium di Aleksandria dan sebagian besar manuskrip yang ada di perpustakaan agung Aleksandria ikut terbakar. Inilah barangkali di antara sebab yang mendorong pendeta-pendeta Bachumiyyin di Nag Hamadi untuk menyelamatkan tulisan-tulisan kuno itu, memasukkannya di dalam gentong lalu menyembunyikannya ditempat terpencil.
        Walaupun pihak gereja berusaha memusnahkan semua alkitab yang tidak mendukung ajaran pagan, namun kebenaran akhirnya terungkap. Injil Thomas dan banyak naskah kuno yang berisi ajaran yesus, berhasil selamat dari penghancuran oleh pihak gereja. Kini naskah tersebut telah diterjemahkan dan diteliti oleh banyak ahli theologi dan pakar alkitab. Penemuan Injil Thomas ini seharusnya membuat umat kristiani membuka mata n hati, untuk mengetahui apa yang tercantum didalamnya. Namun pihak gereja sangat menentang keras keberadaan injil Thomas, dan menganggap Injil tersebut tetap apokripa alias dilarang untuk dibaca. Sebetulnya, fakta apa yang tersembunyi dalam Injil Thomas, sehingga pihak gereja merasa gusar jika hal itu dipublikasikan ? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar