Laman

Minggu, 19 April 2015

Apakah Yesus Tuhan? Penjelasan Dr. Jerald F. Dirks Master Teologi Universitas Harvard-Seri I

Dr. Jerald F Dirks mualaf bule amerika
Dr. Jerald F. Dirks

Apakah Yesus Tuhan?


Pertanyaan yang sering diajukan orang-orang adalah apakah Yesus Tuhan? Dan hari ini kita akan mewawancarai Dr. Jerald F. Dirks yang mendapat gelar master dalam bidang Divinity dari Universitas Harvard, dia menyelesaikan sekolah teologinya dan merupakan Ordain Minister, pernah dinobatkan sebagai pendeta pada United Methodist Church.

Oke, jadi kau menguasai dan memenuhi persyaratan untuk topik ini, jadi dapatkah kau membantu kami untuk menjelaskan apakah Yesus Tuhan?

Sebenarnya umat Kristen tradisional (Kristen pada masa awal) sangat tidak setuju kalau Yesus disebut Tuhan.  Pada masa Kristen tradisional atau Kristen awal, ada 3 pemahaman tentang sifat Yesus. 

Pemahaman pertama, Yesus adalah Tuhan. Docetism yang merupakan salah satu sekte Kristen menganggap Yesus adalah Tuhan.

Pemahaman kedua, Yesus manusia sekaligus Tuhan secara bersamaan. Dan Kristen Orthodox tradisional setuju dengan pemahaman ini. Pernyataan ini dinyatakan dalam Konsili Chalcedon, bahwa ada 2 sifat Yesus yaitu bersifat ilahi sekaligus manusia, tapi kedua sifat ini tidak bercampur atau terpisah.

Pemahaman ketiga, Yesus merupakan manusia biasa. Dia seorang manusia yang punya hubungan spesial dengan Tuhan.

Semua sekte ini ada di dalam sejarah Kekristenan. Dan ada banyak sekte Subordinationism. Sekte ini mengatakan bahwa Yesus derajatnya berada di bawah Tuhan, dan salah satu grup Subordinationism yang menyatakan demikian adalah para Adoptionus. Mereka disebut Adoptionus karena mereka menganggap konsep “anak Tuhan” berarti seperti anak yang diadopsi, bukan berarti anak kandung, atau “anak” dalam artian harfiah. Jadi mereka menganggap konsep “anak Tuhan” hanyalah bahasa metafor.

Dan faktanya jika kita lihat dalam Bible, ada banyak orang yang disebut sebagai anak Tuhan. Berikut ini daftarnya:
  1. Seluruh Bani Israel dan suku Eferiel, disebut sebagai anak-anak Tuhan di dalam Keluaran 4:22, Hosea 11:1-3, Yeremia 31:9, dan Yeremia 31:20.
  2. Daud disebut sebagai anak Tuhan dalam Mazmur 2:7
  3. Solomo disebut sebagai anak Tuhan dalam 2 Samuel 7:13-14
  4. Para malaikat disebut sebagai anak-anak Tuhan dalam Ayub 1:6
  5. Setiap orang-orang beriman dari Israel disebut sebagai anak Tuhan dalam Ulangan 14:1
  6. Setiap orang-orang saleh disebut sebagai anak Tuhan di dalam Ecclesiasticus 4:1 atau kebijaksanaan Yesus bin Sirach. Berikut ini ayatnya: “Jadilah seperti ayah kepada anak yatim dan jadilah seperti suami kepada janda. Kemudian Tuhan akan memanggilmu sebagai anak-Nya, dan Dia akan menjadi pengampun padamu dan menjauhkanmu dari jurang.”
Jadi disini kita harus mengerti konteks sejarahnya. Pada masa Palestina abad pertama, ketika kau dipanggil “anak Tuhan” berarti kau adalah orang yang saleh dan bertakwa. Tapi para penerjemah Bible menipu para pembaca, karena ketika mereka menerjemahkan kata “anak Tuhan” pada Yesus Kristus, mereka memakai huruf “A” besar dalam kata “Anak”, tapi ketika orang lain yang disebut sebagai anak Tuhan, mereka menulisnya dengan huruf kecil. Tapi bahasa Yunani tidak punya huruf besar atau huruf kecil. Itu hanyalah permainan para penerjemah,

Jika kita lihat di dalam Bible, apa bukti terkuat yang dapat mereka gunakan untuk mengatakan keilahian Yesus?

Salah satu argumen mereka adalah tentang konsep virgin birth (Kelahiran Yesus dari perawan Maria). Seperti yang digambarkan dalam Matius dan dalam Lukas, dikatakan bahwa ini adalah proses peranakan yang ilahi. Masalahnya adalah umat Kristen berkata “kami percaya kepada Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Tuhan Roh Kudus.” Tapi jika Yesus adalah Tuhan Anak, maka siapa Bapanya? Umat Kristen menjawab bapaknya Yesus adalah Tuhan Bapa. Tapi menurut Matius dan Lukas, Roh Kudus-lah yang mendatangi Maria bukannya Tuhan Bapa, jadi siapa yang melakukan peranakan disini? Itu salah satu hal yang perlu dipertimbangkan.

Dalam Al-Qur’an kita juga punya kisah tentang virgin birth. (kelahiran Yesus dari perawan Maria). Tapi ada perbedaan besar antara virgin birth di dalam Al-Qur’an dengan virgin birth di dalam Matius dan Lukas. Di Dalam Al-Qur’an, virgin birth bukanlah peranakan yang ilahi, melainkan sebuah penciptaan yang penuh mukjizat.

“Maria berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.” (Ali Imran:47)

“Sesungguhnya misal (penciptaan) Yesus di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Ali Imran: 59).

Tapi umat Kristen mengatakan virgin birth adalah peranakan yang ilahi. Mereka juga cenderung memberikan contoh tentang pembabtisan Yesus seperti yang ditemukan dalam Lukas pasal 3, dimana dikatakan Yesus A.S. pergi kepada Yohanes Pembabtis (Yahya A.S.) kemudian dia dibaptis oleh Yohanes Pembabtis, langit terbuka, kemudian Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati,

“Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Lukas 3:22)

Banyak orang Kristen yang menunjukkan ayat ini. Meskipun begitu, seperti yang ditunjukkan di catatan kaki dalam Bible The New Revised Standard Version, banyak para ahli zaman dahulu yang memahami ayat ini secara berbeda, mereka membacanya sebagai “Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, hari ini Aku memperanakkanmu.

Jadi dia diadopsi pada saat dibaptis. Jika kau baru diperanakkan ketika berumur sekitar 30 tahun, jelas sekali bahwa peranakan disini hanyalah kata metafora. Dan bagi umat Kristen yang mungkin masih ragu tentang hal ini, mereka dapat melihat ayat-ayat lainnya. Dalam Ibrani 1:5 dan Ibrani 5:5, juga dikatakan bahwa Yesus baru diperanakkan, ayat-ayat itu berbunyi “Hari ini, Aku telah memperanakkanmu.” Kita juga menemukannya dalam Kisah Para Rasul 13:33, di dalam Mazmur 2:7 yang ditujukan kepada Daud, jadi bukan hanya Yesus yang disebut sebagai anak Tuhan.

Jadi “Yesus anak Tuhan” adalah kata metafora dan begitulah pemahaman sekte-sekte Kristen pada masa awal. Misalnya para Ebionites, sebuah sekte besar yang berasal dari Palestina, mereka ada pada saat masa 12 murid Yesus, mereka melarikan diri dari Palestina pada saat tentara Romawi menghancurkan kuilnya dan menyebar ke Siria, Jordan, dan sebagainya. Dan sekte Kristen ini terus ada sampai abad ke-3. Mereka mengatakan “Yesus bukanlah Tuhan”, melainkan anak Tuhan dengan huruf kecil. Jadi ini hanyalah metafor, maksudnya Yesus adalah orang yang saleh dan seorang nabi. Para murid Yesus juga menyatakan bahwa Yesus tidak bersifat ilahi. Rabbi Gamaliel yang merupakan ketua Yahudi Great Sanhedrin, yang mengatur gereja-gereja Yerussalem, dan Yakobus yang merupakan salah satu murid Yesus, mereka semua tidak pernah sekali pun mengatakan Yesus adalah Tuhan.

Terima kasih atas penjelasannya. Sekarang, dapatkah kau menjelaskan ayat “Kami menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kami (Kejadian 1:26)” apa artinya ini, karena kudengar sebagian umat Kristen mengatakan inilah bukti bahwa Tuhan dapat menjadi manusia.

Orang-orang berbeda pendapat dalam memahami ayat ini. Ini ayat yang sangat ambigu. Dalam pemahaman sederhana, seseorang mungkin berasumsi bahwa Tuhan terlihat seperti manusia. Dalam pemahaman yang lebih tinggi, seseorang mungkin berasumsi bahwa kita sebagai manusia juga berbicara, mempunyai akal, memerintah di bumi, sama seperti Tuhan juga berfirman, memerintah dari kerajaan-Nya.

Bagaimana dengan ayat “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia (Yohanes 1:1 dan 17)”, jadi apa pendapatmu?

Ayat ini adalah ayat tambahan. Ayat ini dipengaruhi oleh filosofi Yunani dari kata logos. Dan menurut Islam, kita semua memang sudah diciptakan semenjak berada di dalam ruh (sebelum ruh kita ditiupkan ke dalam jasad). Semua ruh manusia mulai dari Adam dikumpulkan di hadapan Tuhan untuk bersaksi atas keesaan Tuhan. Jadi ruh Yesus sudah ada sebelum dia diciptakan tidak berarti dia bersifat ketuhanan.

Pertanyaan selanjutnya, pernahkah Yesus mengajarkan orang-orang atau mengucapkan kata trinitas?

Tidak pernah, dan kata trinitas tidak dapat ditemukan di dalam Bible. Trinitas adalah prinsip Kekristenan pada masa selanjutnya. Doktrin trinitas berkembang di antara umat Kristen Pauline yang ada di Eropa. Konsep tentang trinitas atau sifat keilahian Yesus tidak berkembang dalam Kekristenan di Afrika Utara dan Timur Tengah. Kata “anak tuhan” hanyalah metafora. Yesus punya hubungan yang spesial dengan Tuhan dan memang begitulah para nabi.

Jadi kita punya sejarah yang panjang sejak tren sekte Adoptionus pada masa-masa awal Kekristenan. Banyak umat Kristen masa awal yang menganut teologi Adoptionus. Diantaranya adalah:

  • Theodotus Gnostic, pendeta pada abad kedua. 
  • Theodotus The Tanner yang ajarannya berkembang menjadi Theodonism atau Dynamic Monarchianism yang bertahan hingga abad ketiga. 
  • Oregon, pendeta abad ketiga juga mengajarkan kristologi Adoptionus.
  • Eusebius dari Nicomedia, uskup dari abad keempat juga seorang Adoptionus. 
  • Macedonius, Patriarch abad keempat dari Konstantinopel yang merupakan orang nomor dua dalam Kekristenan setelah Paus. Bahkan para Yunani Orthodox mengatakan bahwa dia sama dengan Paus.
  • Idius yang merupakan Uskup Antioch pada abad keempat. 
  • Nestorius Uskup abad kelima dari Konstantinopel dan penemu Nestorianism, sebuah gerakan yang bertahan hingga abad kesembilan di Cina. 
  • Theodore Mopsuestia yang merupakan penjaga iman kanan di gereja Persia. St. Clotilda yang merupakan putri Burgundi abad keenam.

Sebagai Adoptionus, mereka mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa tanpa trinitas dan Yesus adalah nabi-Nya.

Jadi tidak ada trinitas. Jelas bahwa Yesus adalah hamba Tuhan. Dionisus, uskup pada abad ketiga dari Alexandria juga mengajarkan bahwa Yesus adalah anak Tuhan yang diadopsi atau derajatnya di bawah Tuhan. Paul Samosata, Uskup dari Antioch pada abad ketiga juga mengajarkan pesan ini. St. Lucian dari Antioch yang merupakan teologian abad ketiga juga mengajarkan pesan ini, jadi kurasa ajaran ini tersebar di Timur Tengah dan Afrika Utara. Dan yang terakhir adalah Aries yang merupakan pendeta abad keempat dan penemu paham Arianisme yang berada di Alexandria, Mesir. Gerakannya bertahan hingga abad ketujuh di Afrika Utara dan Timur Tengah. Bahkan banyak Kristen masa awal yang mengatakan bahwa Arianisme adalah cabang dari Adoptionism dan merupakan mayoritas umat Kristen pada abad keempat.

Aries mengajarkan bahwa Tuhan itu benar-benar unik dan tidak terbandingkan. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan, tidak berubah, tidak terbatas, dan Keesaan-Nya bersifat mutlak. Karena semua dasar pemikiran ini, Aries menyimpulkan kehidupan Yesus seperti yang dijelaskan dalam Gospel, menunjukkan bahwa Yesus diciptakan, dia berubah dan tumbuh seiring dia tumbuh dari bayi, anak-anak, remaja, hingga menjadi dewasa. Yesus bersifat terbatas, karena ada waktunya dikandung dan dilahirkan.

Dengan begitu Aries menyimpulkan bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan Tuhan, yang diciptakan dari ketidakadaan, yang tidak dapat menyamai keunikan-Nya.

Dan umat muslim juga setuju dengan apa yang dikatakan Aries. Maksudnya bahwa Tuhan itu satu, Dia tidak seperti ciptaan-Nya, Dia tidak punya awal, Dia tidak punya akhir, Dia bukan manusia, Dia bukan Yesus.

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas)

Jadi ini hanyalah kata metafora yang berarti orang yang saleh dan punya hubungan spesial dengan Tuhan. Semua nabi termasuk Nabi Muhammad S.A.W. mempunyai hubungan spesial dengan Tuhan

Dan yang terjadi adalah, Aries dan Arianisme menjadi begitu populer sehingga berpotensi memecah belah Kekristenan. Dan pada saat ini kerajaan Konstantin (seorang Kaisar Romawi) mulai retak. Dan untuk menjaga keutuhan kerajaannya, pada tahun 313 M dia menerbitkan Edict of Milan yang melegalkan Kekristenan di Kerajaan Romawi. Peraturan ini dikeluarkan untuk mendukung umat Kristen dan membantu menstabilkan tahtanya. Tapi konflik internal di dalam Kekristenan sendiri tentang apa sifat Yesus yang sebenarnya, mengancam koalisi Konstantin. Jadi Konstantin menyelenggarakan Konsili Nicea pada tahun 325 M. Dia memanggil para uskup untuk menyelesaikan masalah tentang sifat Yesus. Tapi banyak uskup yang tidak datang, mereka tidak mau mengunjungi Nicea  dan tunduk pada Konsili ini karena tentara-tentara Konstantin terus mengawasi. Mereka yang pergi untuk membela Aries mendapatkan banyak tekanan, banyak dari mereka yang memvoting Solusi Nicea, pada masa selanjutnya mereka membatalkannya dan mereka pulang ke negeri asalnya.

Dan Konstantin sendiri sebenarnya seorang Adoptionus. Dia dibaptis oleh Eusebius dari Nicomedia yang merupakan seorang Arian. Tapi Adoptionus berpusat di Timur Tengah, Mesir, dan Afrika Utara. Di Romawi, Adoptionus tidak begitu popular dan Konstantin mencari sekutu yang dekat. Dan yang paling dekat adalah Uskup Romawi atau yang pada masa selanjutnya disebut Paus. Dan Uskup Romawi mengatakan bahwa Yesus adalah manusia sekaligus Tuhan pada saat bersamaan. Jadi Konstantin mengkhianati imannya sendiri demi kekuatan politik, dan membuat aliansi dengan Uskup Romawi. Jadi hasil akhir Konsili Nicea adalah Yesus dan Tuhan berasal dari zat yang sama. Jadi ini mulai memunculkan trinitas. Tapi pada awalnya Nicea belum mengatakan apapun tentang Roh Kudus. Betapa tidak populernya keputusan ini?

16 tahun kemudian pada tahun 341 M pada Konsili Antioch, para uskup yang berkumpul mengatakan “Kami tidak setuju dengan pernyataan ini.” Jadi mereka tidak setuju dengan persamaan antara Yesus dengan Tuhan. Dan 16 tahun setelahnya pada tahun 357 M pada Konsili Sirmium, para uskup yang berkumpul memvoting kredo yang menyatakan

“Yesus TIDAK berasal dari zat yang sama dengan Tuhan.”

Keputusan Konsili Sirmium adalah Yesus dan Tuhan tidak berasal dari zat yang sama. Tapi pada konsili Konstantinopel yang kedua pada tahun 381, kredo Nicea akhirnya diterbitkan. Jadi baru pada Konsili Konstantinopel pada tahun 381 kredo Nicea baru ditetapkan, bukan pada Konsili Nicea pada tahun 325. Jadi ini adalah debat yang berkelanjutan, tentang apa sifat Yesus yang sebenarnya.

Dan seperti yang kukatakan sebelumnya, mayoritas umat Kristen pada abad keempat adalah para Adoptionus. Sekarang, mungkin timbul pertanyaan “Oke, apa yang terjadi dengan para Adoptionus ini? Kenapa mereka tidak ada pada masa sekarang?" Dan sebenarnya mereka masih ada, pada zaman sekarang masih ada Saksi Jehova yang mengaku bahwa mereka mengikuti Aries. Sekte Unitarian juga mengaku mengikuti Aries.

Tapi alasan utama kita tidak melihat Arian atau Adoptionus pada masa sekarang adalah karena pusat ajaran mereka. Mereka berpusat di Afrika Utara dan Timur Tengah. Dan pada dasarnya mereka hilang pada abad ketujuh. Mereka hilang karena pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. Prinsip-prinsip Adoptionus pada dasarnya sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, Jadi pada abad ketujuh mereka masuk Islam secara massal. 

bersambung ke seri 2. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar